Rabu, 09 Mei 2012


Akhirnya, Saya Punya Radio!

“Now listen to the radioooowww”. Cuplikan lirik lagu The Corrs tersebut merupakan ekspresi pertama yang saya keluarkan dengen penuh kegirangan sesaat setelah sampai di kos dari Pasar Klithikan. Ya, di pasar lowakan dan pusat penjualan barang curian terbesar di Jogja itulah (yes, indeed) saya membeli radio ‘baru’ ini. Harganya sungguh murah, 45 ribu rupiah. Itulah harga terakhir yang saya dan penjualnya sepakati setelah beberapa kali proses tawar menawar yang alot dan berkali-kali bolak-balik toko tersebut. Seperti biasa, trik basi tapi ajaibnya sering jitu bagi para calon pembeli adalah menawar dengan harga serendah mungkin sesuai perikemanusiaan masing-masing, lalu pura-pura beranjak segera dari toko dengan harap-harap cemas akan dipanggil penjualnya sembari teriak dikit,”Yaudah, mas/mbak, bungkus deh!”. Sayangnya, kali ini saya gagal. Tapi tak mengapa, selisih 15 ribu dari harga awal (60 ribu) lumayan buat beli makan. Bagi anak kos Jogja, 15 ribu sudah bisa 2 kali makan dalam sehari. 

Yang paling membuat saya puas batin membeli radio ini adalah sumber duitnya, yakni dari hasil produktivitas saya pribadi. Beberapa waktu lalu, saya menang lomba fotografi dengan tema besar ‘fenomena sosial’ yang diadakan oleh organisasi mahasiswa jurusan Sosiologi UGM. Foto-foto  yang lolos seleki pertama dipamerkan di Gelanggang Mahasiswa UGM, dan diadakan voting untuk mencari pemenang favorit. Puji Tuhan, foto saya terpilih sebagai pemenang favorit. Bagi saya, menjadi fevorit lebih membanggakan daripada yang terbaik, sebab yang memilih adalah orang banyak, bukan hanya 1 sampai 3 orang yang duduk dalam kursi dewan juri. People chocie. Apa pun itu, saya betul-betul bersyukur. Hadiahnya uang tunai dan sertifikat. Kurang dari sepertiga uang tersebut lah yang saya gunakan membeli radio. Dan sengaja saya mencari yang model jaman doeloe (jadoel) meskipun untuk mendapatkannya jarak yang harus ditempuh lumayan jauh. Padahal kalau saya mau beli radio model terbaru dengan harga terjangkau tinggal naik sepeda 5 menit dari kos. Tapi yang namanya selera, kadang tidak usah dikompromi.

Semenjak hari pembelian itu, setiap hari dan setiap waktu, yang penting selama saya ada di kos, saya pasti menyetel radio. Sudah lama sebenarnya saya ingin punya barang elektronik ini. Dan memang menyenangkan. Banyak lagu lawas yang sudah lama terlupakan dan tidak pernah lewat di pikiran, ketika diputar oleh awak radionya memunculkan sensasi nostalgik yang kemudian menimbulkan reflek semacam “ah, lagu ini, hahaha”. Sepotong demi sepotong memori pun secara acak ikut hadir.  Di samping itu, stasiun-stasiun radio di Jogja yang cukup beragam membuat saya cukup leluasa memilih di mana saya menjatuhkan pilihan sesuai mood. Jika bosan atau tidak senang dengan yang satu, tinggal pindah ke yang lain. Easily move on!   

Awal mulanya, terjadi pergulatan batin yang cukup intens untuk memilih apakah televisi atau radio. Setelah berbagai pertimbangan dan pengalaman, saya lebih memilih radio. Bukankah televisi sekarang isinya kebanyakan berita-berita yang membosankan dan menyesatkan, mimpi-mimpi utopis, orang-orang jelek yang herannya sudi dilecehkan dan ditertawakan orang banyak, dan kekerasan yang dibalut lawakan konyol. (Tapi kalo tv kabel, itu lain cerita, hehehe). Saya akui, saya kalau nonton tv juga suka terhibur dengan tontonan-tontonan semacam itu. Jadi, saya tidak mau munafik. Tapi, saya punya titik jenuh yang untuk sampai ke sana tidak perlu waktu lama untuk mengatakan “ah gini-gini mulu, bosen ah”. Untuk beberapa hal, saya orangnya cepat merasa bosan.   

Sampai sekarang, kehadiran radio di kosku menggenapi keengganan saya untuk mempunyai televisi. Saya lebih suka mendengarkan musik daripada menonton acara musik yang...mmmm u know lah. Saya lebih suka membaca buku sambil mendengarkan audio tanpa harus terdistraksi oleh godaan visual. Dan sekarang saya lebih bisa bijaksana dengan laptop saya karena bebannya untuk menyala dan hanya sebagai pemutar musik sudah disubstitusi oleh hadirnya radio. After all, I prefer radio to tv. Period!     

Back again, now listen to radioooowww!!!



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Ruang Tamu