Meliburkan Diri #3: Ada Ragunan di Busway
Jakarta, 28 Desember 2011
Masih dalam rangka meliburkan diri di Jakarta, siang tadi saya kembali jalan-jalan bersama teman saya. Kami cuma berdua. Sebenarnya sesuai janji awal kemarin-kemarinnya, ada empat orang yang akan berangkat, namun karena satu dan lain lagi, dua orang lainnya tidak jadi ikut.
Destinasi pertama adalah Kebun Binatang Ragunan yang berlokasi di selatan Jakarta. Sekitar hampir pukul 11 siang, saya berangkat ke sana dengan busway dari halte Layur di daerah Rawamangun, Jakarta Timur. Sementara itu, teman saya berangkat dari rumahnya di Condet (Jak-Tim juga) dengan motor langsung menuju Ragunan. Kami janjian di sana.
Ada pengalaman lucu nan menarik di busway. Di dalam moda transportasi yang selalu full dan sesak itu, ada seorang ibu dan anaknya yang masih kecil berdiri di dalam busway karena tidak kebagian tempat duduk. Saya pun bertanya-tanya dalam hati kok ibunya berdiri ya. Saya heran karena pas di depan saya berdiri (saya juga tidak kebagian tempat duduk karena sudah ful), ada stiker berukuran kira-kira 30x20 cm bertuliskan "Tempat Duduk Prioritas/Priority Seat" di mana prioritas tersebut ditujukan untuk 4 jenis penumpang: wanita hamil, lansia, penyandang cacat, dan ibu dengan anak kecil. Saya pun sedikit kesal melihat beberapa pria yang sehat walafiat tapi seakan tidak peduli dengan ibu itu yang sudah protes,"percuma ada stiker itu ditempel" sambil senyum-senyum ngeledek.
Karena sudah tidak tahan, ibunya pindah tempat ke bagian depan, bagian yang memang diperuntukkan khusus untuk wanita alias ladies room. Mungkin karena kesalnya si ibu sudah di ubun-ubun, ia akhirnya mengomel a-i-u-e-o dengan volume suara yang jauh lebih kencang. Petugas busway akhirnya berucap,"tolong prioritaskan ibu yang ada anaknya ini" kepada para penumpang. Tapi si ibu langsung nyolot,"Ga usah! Percuma ada stiker...." bla bla bla. Nama Indonesia dan pelayanan publiknya pun seperti biasa, kembali dibawa-bawa.
Selepas ibu itu turun, masuk lagi penumpang-penumpang lain yang anehnya, malah makin banyak yang membawa anak-anak. Petugas busway segera kembali berseru, menyuarakan isi stiker.
Oleh karena jarak Rawamangun-Ragunan terbilang jauh, maka saya harus melewati beberapa halte dan harus menyambung bus di halte yang namanya Dukuh Atas 2. Di halte ini, semua penumpang turun sebab ini memang pemberhentian terakhir. Dan bagi yang mau lanjut, harus sambung busway.
Berbeda dengan penumpang lain yang pada heboh berebutan keluar dan cari jalan, saya anteng-anteng saja karena saya memang gatau mau ke mana, hahaha. Saya pun langsung bertanya ke petugas jaga dan langsung dapat petunjuk. "Oh silakan di pintu paling pojok". Ternyata tidak jauh dari tempat saya bertanya. Saya pun langsung ke situ, mengantre lagi dan lagi.
Busway yang dinanti-nanti akhirnya tiba. Semua calon penumpang yang antre kembali riuh rendah menyambut kedatangan busway tersebut. Dan ketika pintu busway terbuka, semua langsung berhamburan masuk. Pernah liat di tipi-tipi fenomena antrean BLT atau zakat fitrah yang pintu aksesnya sempit? Nah, kira-kira seperti itulah kehebohannya.
Masuk di dalam bus, saat pintunya sudah mau ditutup, ada yang saya dengar mencari-cari sanak keluarganya. "Eh bapak mana?". Akhirnya si bapak yang dicari-cari itu ketemu entah di mana. Saya tidak memperhatikan karena padat dan sesak sungguh-sangat-sekali.
Ada lagi yang lebih lucu. Satu lagi seorang ibu yang ketika pintu bus sudah hampir menutup, ia segera menginterupsi. Rupanya, suami dan anaknya masih di luar, di halte, belum naik bus. Saya terhaha hihi dalam hati melihat drama 'bapak dan suami saya mana' ini.
Belum berakhir kelucuan di busway ini. Setelah melewati Dukuh Atas 2 dan mulai memasuki kawasan Kuningan yang haltenya lumayan banyak itu, saya merasa ada yang aneh. Saya perhatikan, kebanyakan penumpang adalah ibu-ibu, bapak-bapak, dan anak kecil. Mereka juga sungguh berisik. Ada yang bercanda dengan anak balitanya, ada yang sibuk menenangkan bayinya yang nangis, dll.
Perasaan aneh saya itu segera terjawab saat mencuri dengar pembicaraan seorang bapak dengan entah siapanya lewat hp. Bapak yang berdiri tepat di belakang saya itu sempat berkata "Gue mau ke ragunan nih bareng keluarga". Mendengar ini, saya langsung ngeh oh berarti yang dalam busway ini adalah kumpulan keluarga yang entah saling kenal atau tidak, tujuannya adalah ke Ragunan juga. Saya pun segera teringat rute yang saya baca di halte Dukuh Atas 2, bahwa pemberhentian terakhir dari situ memang adalah Ragunan. Saya juga segera teringat bahwa ini sudah liburan sekolah. Pantes saja!
Sepanjang jalan, saya lagi-lagi merasa terasing seperti waktu ikut susur Ciliwung kemarin. Selain itu, saya merasa hampir tidak ada bedanya dengan kursi-kursi, kaca jendela, wadah pegangan, dan segala makhluk tak bernafas lainnya dalam busway itu menyaksikan kehebohan keluarga-keluarga ini. Bedanya, saya adalah saksi hidup sementara makhluk-makhluk tak bernafas itu sebut saja saksi bisu.
Rasa keterasingan ini semakin bertambah ketika si mbak-mbak di mesin otomatis busway ngomong "Para penumpang yang terhormat, sebentar lagi kita akan tiba di halte Ragunan. Halte ini merupakan pemberhentian terakhir..,bla bla bla". Para keluarga terutama para bocah dalam bus segera berseru hiyeee, wohoooo, yeeeess, lalala lilili lululu semacamnya itulah. Sungguh, saya tersenyum dengan kehebohan yang serba ganjil ini. Ganjil karena saya merasa seperti salah bus, seperti naik bus pariwisata yang disewa oleh satu keluarga besar. Rasanya saya sudah di Ragunan sejak tadi!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Ruang Tamu