Bangcok,
Sorkle, Bonbin, Kandhang,...
Silakan perhatikan sekeliling
kita dalam keseharian. Ada banyak sekali singkatan. Misalnya telepon genggam
disingkat ponsel, angkutan kota
disingkat angkot, pencurian kendaraan
bermotor disingkat curanmor, dan
seterusnya. Bahkan mi rebus tanpa telur disingkat tante rebus, dan istilah ini sudah sangat lazim di warung-warung
burjo (bubur kacang ijo) yang banyak
berseliweran di area kos-kosan mahasiswa di Yogyakarta.
Di area kampus Fakultas
Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada (FIB UGM), mahasiwanya juga tidak kalah
kreatif dalam hal singkat menyingkat. Di suatu sudut di wilayah kampus
tersebut, terdapat deretan bangku cokelat yang biasa digunakan oleh para
mahasiswa sebagai tempat diskusi, daring (dalam jaringan atau online), mengadakan pameran, bazar, atau
berjualan dalam rangka pengumpulan dana untuk kegiatan kampus. Area tersebut
diistilahkan dengan bangcok yang
tidak lain adalah akronim dari bangku cokelat, karena warnanya memang cokelat
kayu.
Adalagi kansas (kantin sastra), bangjo (bangku ijo), dan sorkle (ngisor klengkeng). Kansas tidak lain
dari kantin mahasiswa, fungsinya sebagai tempat makan, mengobrol, atau ada juga
yang memanfaatkannya sebagai tempat mengerjakan tugas kuliah. Sementara bangjo
ini fungsinya sama seperti bangcok tadi, hanya saja letaknya agak di sebelah
utara FIB UGM. Sorkle sendiri wujudnya berupa dudukan dari semen yang dipoles
dengan ubin-ubin berwarna putih di permukaannya. Fungsinya sebagai tempat
diskusi, mengobrol ringan tentang remeh-temeh, rapat kegiatan, atau sekadar
nyanyi-nyanyi sambil gitaran. Tidak jarang juga ada yang memanfaatkannya
sebagai tempat ‘piknik dadakan’ dengan menggelar tikar lalu tiduran di
bawahnya. Tidak usah heran, sebab sorkle ini tempatnya rindang. Bagi yang
mengerti Bahasa Jawa, sejak tadi pasti sudah mafhum makna ‘ngisor klengkeng’, yakni di bawah pohon klengkeng.
Tidak jauh dari
lingkungan FIB UGM, ada maskam
(masjid kampus) dan sunmor (Sunday
morning). Sunmor ini tak ubahnya pasar pagi yang dihelat setiap hari Minggu
pagi; dimulai sekitar pukul 05.30 sampai pukul 11.00 WIB. Banyak warga Jogja
yang berjualan di situ, termasuk para mahasiswa dengan beragam kepentingan. Ada
yang memang untuk mencari tambahan duit jajan, ada juga yang memanfaatkan momen
ini untuk pengumpulan dana kegiatan mereka, seperti berjualan camilan atau
ngamen.
Istilah-istilah
Selain jago menyingkat,
mahasiswa FIB UGM juga kreatif dalam menciptakan istilah-istilah. Di kampus
ini, selain kansas, ada lagi satu kantin mahasiswa yang letaknya di utara area
parkir motor. Kantin tersebut namanya bonbin.
Entah kenapa diistilahkan demikian, padahal di kantin itu sama sekali tidak
dijumpai jerapah, gorila, buaya, monyet, zebra, gajah, aneka unggas, dan
sebagainya. Konsepnya pun sama sekali tidak merepresentasikan pemandangan kebun
binatang.
Jika kansas merupakan
kantin yang baru dibangun dan ‘katanya’ kantin berstandar internasional dengan
berpendingin udara, berpintu kaca, berubin licin-mengkilat, kursi-kursi dan
perabot makannya lebih modern bergaya minimalis, bonbin masih lebih diminati.
Banyak yang bilang bonbin lebih merakyat dibanding kansas karena tidak
berpendingin udara, tidak berubin, kursinya dari kayu yang bisa dipindah sesuka
hati, meskipun harga menu nya tidak jauh berbeda dengan kansas.
Tempat lain yang oleh
para mahasiswa dibuatkan nama khasnya adalah gedung Margono. Gedung ini berupa
bangunan berlantai empat. Di sini terdapat kantor atau ruang jurusan-jurusan
yang ada di FIB, ruang kelas belajar internasional, ruang multimedia, dan ruang
seminar. Meskipun sudah jelas-jelas ada tulisan di bagian luar gedung berbunyi
“RM Margono Djojohadikusumo”, namun yang namanya
mahasiswa memang selalu kreatif. Dengan agak iseng, mereka biasa menyebutnya
dengan margondang atau margondes. Margondang terdengar seperti
kata yang jika diucapkan bunyinya mirip dengan kosakata yang lazim diucapkan
oleh para banci, sementara margondes terdengar bernuansa Spanyol. Oiya, gondes juga merupakan istilah di Jogja
yang kepanjangannya adalah ‘gondrong deso’.
Mungkin istilah margondes diadaptasi
dari sini.
Ada satu lagi tempat
yang juga sangat terkenal seantero FIB. Lokasinya berada di sudut selatan
paling dalam kampus. Tempat itu adalah perpustakaan dan ruang kerja para dosen
Jurusan Antropologi Budaya. Nama khasnya kandhang.
Kandhang merupakan
basis tempat berkegiatannya para mahasiswa Antropologi Budaya yang saat ini sayangnya
lebih mirip gudang. Kandang beneran; kandang barang-barang kegiatan yang
sehabis pakai tidak dikembalikan langsung. Lokasi kandhang menyatu dengan perpustakaan
jurusan dan di depannya ada barisan dudukan yang modelnya seperti di sorkle.
Maka tidak heran jika tempat ini sudah seperti basecamp para mahasiswa Antropologi Budaya, di mana biasanya
diadakan berbagai kegiatan seperti diskusi bulanan, pemutaran film, ataupun
sekadar menghabiskan waktu menunggu jam kuliah berikutnya atau setelah kuliah
dengan bercanda satu sama lain, mengobrol santai, nyanyi-nyanyi sambil gitaran.
Itulah beberapa
singkatan dan istilah yang berlaku di kalangan mahasiswa FIB UGM. Saya sendiri
yakin, di kampus-kampus atau universitas-universitas di tempat bahkan kota lain
juga terdapat banyak singkatan dan istilah yang dicipta oleh mahasiswanya
sendiri. Kadang-kadang sebagai mahasiswa kita tidak menyadari bahwa istilah-istilah
tersebut sebenarnya menarik untuk diceritakan atau dituliskan. Mungkin karena
tugas-tugas kuliah dan sebaris daftar kegiatan sudah banyak menyita waktu,
tenaga, dan pikiran kita, sehingga hal-hal tersebut dianggap biasa bahkan tidak
terpikirkan sama sekali.
Bonbin (dari luar) |
Bangcok |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Ruang Tamu