Jumat, 11 Mei 2012

Bangcok, Sorkle, Bonbin, Kandhang,...

Silakan perhatikan sekeliling kita dalam keseharian. Ada banyak sekali singkatan. Misalnya telepon genggam disingkat ponsel, angkutan kota disingkat angkot, pencurian kendaraan bermotor disingkat curanmor, dan seterusnya. Bahkan mi rebus tanpa telur disingkat tante rebus, dan istilah ini sudah sangat lazim di warung-warung burjo (bubur kacang ijo) yang banyak berseliweran di area kos-kosan mahasiswa di Yogyakarta. 

Di area kampus Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada (FIB UGM), mahasiwanya juga tidak kalah kreatif dalam hal singkat menyingkat. Di suatu sudut di wilayah kampus tersebut, terdapat deretan bangku cokelat yang biasa digunakan oleh para mahasiswa sebagai tempat diskusi, daring (dalam jaringan atau online), mengadakan pameran, bazar, atau berjualan dalam rangka pengumpulan dana untuk kegiatan kampus. Area tersebut diistilahkan dengan bangcok yang tidak lain adalah akronim dari bangku cokelat, karena warnanya memang cokelat kayu.

Adalagi kansas (kantin sastra), bangjo (bangku ijo), dan sorkle (ngisor klengkeng). Kansas tidak lain dari kantin mahasiswa, fungsinya sebagai tempat makan, mengobrol, atau ada juga yang memanfaatkannya sebagai tempat mengerjakan tugas kuliah. Sementara bangjo ini fungsinya sama seperti bangcok tadi, hanya saja letaknya agak di sebelah utara FIB UGM. Sorkle sendiri wujudnya berupa dudukan dari semen yang dipoles dengan ubin-ubin berwarna putih di permukaannya. Fungsinya sebagai tempat diskusi, mengobrol ringan tentang remeh-temeh, rapat kegiatan, atau sekadar nyanyi-nyanyi sambil gitaran. Tidak jarang juga ada yang memanfaatkannya sebagai tempat ‘piknik dadakan’ dengan menggelar tikar lalu tiduran di bawahnya. Tidak usah heran, sebab sorkle ini tempatnya rindang. Bagi yang mengerti Bahasa Jawa, sejak tadi pasti sudah mafhum makna ‘ngisor klengkeng’, yakni di bawah pohon klengkeng.

Tidak jauh dari lingkungan FIB UGM, ada maskam (masjid kampus) dan sunmor (Sunday morning). Sunmor ini tak ubahnya pasar pagi yang dihelat setiap hari Minggu pagi; dimulai sekitar pukul 05.30 sampai pukul 11.00 WIB. Banyak warga Jogja yang berjualan di situ, termasuk para mahasiswa dengan beragam kepentingan. Ada yang memang untuk mencari tambahan duit jajan, ada juga yang memanfaatkan momen ini untuk pengumpulan dana kegiatan mereka, seperti berjualan camilan atau ngamen.

Istilah-istilah

Selain jago menyingkat, mahasiswa FIB UGM juga kreatif dalam menciptakan istilah-istilah. Di kampus ini, selain kansas, ada lagi satu kantin mahasiswa yang letaknya di utara area parkir motor. Kantin tersebut namanya bonbin. Entah kenapa diistilahkan demikian, padahal di kantin itu sama sekali tidak dijumpai jerapah, gorila, buaya, monyet, zebra, gajah, aneka unggas, dan sebagainya. Konsepnya pun sama sekali tidak merepresentasikan pemandangan kebun binatang. 

Jika kansas merupakan kantin yang baru dibangun dan ‘katanya’ kantin berstandar internasional dengan berpendingin udara, berpintu kaca, berubin licin-mengkilat, kursi-kursi dan perabot makannya lebih modern bergaya minimalis, bonbin masih lebih diminati. Banyak yang bilang bonbin lebih merakyat dibanding kansas karena tidak berpendingin udara, tidak berubin, kursinya dari kayu yang bisa dipindah sesuka hati, meskipun harga menu nya tidak jauh berbeda dengan kansas.   

Tempat lain yang oleh para mahasiswa dibuatkan nama khasnya adalah gedung Margono. Gedung ini berupa bangunan berlantai empat. Di sini terdapat kantor atau ruang jurusan-jurusan yang ada di FIB, ruang kelas belajar internasional, ruang multimedia, dan ruang seminar. Meskipun sudah jelas-jelas ada tulisan di bagian luar gedung berbunyi “RM Margono Djojohadikusumo”, namun yang namanya mahasiswa memang selalu kreatif. Dengan agak iseng, mereka biasa menyebutnya dengan margondang atau margondes. Margondang terdengar seperti kata yang jika diucapkan bunyinya mirip dengan kosakata yang lazim diucapkan oleh para banci, sementara margondes terdengar bernuansa Spanyol. Oiya, gondes juga merupakan istilah di Jogja yang kepanjangannya adalah ‘gondrong deso’. Mungkin istilah margondes diadaptasi dari sini.  

Ada satu lagi tempat yang juga sangat terkenal seantero FIB. Lokasinya berada di sudut selatan paling dalam kampus. Tempat itu adalah perpustakaan dan ruang kerja para dosen Jurusan Antropologi Budaya. Nama khasnya kandhang

Kandhang merupakan basis tempat berkegiatannya para mahasiswa Antropologi Budaya yang saat ini sayangnya lebih mirip gudang. Kandang beneran; kandang barang-barang kegiatan yang sehabis pakai tidak dikembalikan langsung. Lokasi kandhang menyatu dengan perpustakaan jurusan dan di depannya ada barisan dudukan yang modelnya seperti di sorkle. Maka tidak heran jika tempat ini sudah seperti basecamp para mahasiswa Antropologi Budaya, di mana biasanya diadakan berbagai kegiatan seperti diskusi bulanan, pemutaran film, ataupun sekadar menghabiskan waktu menunggu jam kuliah berikutnya atau setelah kuliah dengan bercanda satu sama lain, mengobrol santai, nyanyi-nyanyi sambil gitaran. 

Itulah beberapa singkatan dan istilah yang berlaku di kalangan mahasiswa FIB UGM. Saya sendiri yakin, di kampus-kampus atau universitas-universitas di tempat bahkan kota lain juga terdapat banyak singkatan dan istilah yang dicipta oleh mahasiswanya sendiri. Kadang-kadang sebagai mahasiswa kita tidak menyadari bahwa istilah-istilah tersebut sebenarnya menarik untuk diceritakan atau dituliskan. Mungkin karena tugas-tugas kuliah dan sebaris daftar kegiatan sudah banyak menyita waktu, tenaga, dan pikiran kita, sehingga hal-hal tersebut dianggap biasa bahkan tidak terpikirkan sama sekali. 

Bonbin (dari luar)

Bangcok

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Ruang Tamu