Kamis, 08 September 2011

Surat Terbuka Untuk Bapak Gubernur Sulawesi Selatan dan Bapak Walikota Makassar

Bapak Gubernur Sulawesi Selatan dan Bapak Walikota yang terhormat,


Perkenalkan, saya Fikri Yathir. Saya adalah seorang mahasiswa perantauan di Yogyakarta tapi lahir dan besar di Makassar tercinta.

Langsung saja Pak, saya menulis surat ini sebagai bentuk penyampaian aspirasi saya sebagai anak muda Makassar (tulolonna butta Mangkasarak) sekaligus sebagai sedikit bentuk kepedulian serta kecintaan saya terhadap kota ini.

Begini Bapak-bapak sekalian, saya yang kemarin pertengahan Agustus baru pulang ke Makassar karena ada libur kuliah, menjelang lebaran mendengar kabar yang begitu mengejutkan bagi saya pribadi, yakni Pasar Terong akan dibakar. Saya mendengar kabar tersebut bukan dari orang luar lingkungan Pasar Terong, melainkan dari adik saya sendiri yang waktu menyampaikan kabar tersebut baru pulang berdaganag dari Pasar Terong. Pak Gubernur dan Pak Walikota, saya sangat sakit hati dan kecewa mendengarnya.

Sewaktu saya masih di Jogja, melalui sebuah situs jejaring sosial, ada seorang teman saya yang mengatakan kurang lebih seperti ini,”Usaha orang tua saya yang bertahun-tahun dibangun, hancur seketika dilalap si jago merah”. Pasar Sentral 'kebakaran', belakangan saya mengetahuinya. Saya ikut sedih atas masalah yang menimpa keluarga teman saya itu Pak. Dan tidak lama kemudaian, saya juga mengetahui melalui internet bahwa Pasar Butung juga 'kebakaran'. (Maaf jika saya keliru yang mana duluan dilalap api, itu tidak penting, yang jelas, kedua pasar tradisional yang ternama dan telah menghidupi sekian tahun sebagian besar warga Makassar telah hangus terbakar). Apakah Bapak tidak sedih mendengar itu? Apakah Bapak tidak kasihan menyaksikan rakyatnya Bapak menderita? Saya atas nama anak muda Makassar dan sekaligus mewakili aspirasi pedagang-pedagang yang usahanya terpaksa berganti atau bahkan berhenti secara tiba-tiba ingin memohon kepada Bapak Gubernur dan Bapak Walikota agar tolong pikirkan kami rakyatmu. Saya ingin mengingatkan, bahwa Anda berdua adalah pejabat pemerintahan, dan sejatinya pejabat itu (apalagi Bapak Gubernur dan Bapak Walikota) tidak lain merupakan PELAYAN DAN PENGAYOM RAKYAT! Tidak ingatkah janji Bapak-bapak sekalian sewaktu kampanye? Siapa yang memilih Bapak sehingga Bapak bisa duduk di bangku kekuasaannya seperti sekarang ini kalau bukan rakyat Makassar dan Sulawesi Selatan sendiri?

Bapak Gubernur dan Bapak Walikota, yang paling bikin saya sakit hati dan kecewa bukan semata-mata karena kedua pasar tradisional tersebut telah terbakar, melainkan karena saya belakangan mengetahui bahwa keduanya dibakar, bukan 'kebakaran'. Saya lebih baik jujur menyampaikan ini: bahwa katanya pasar-pasar itu sengaja dibakar demi kepentingan politis-ekonomis penguasa (pemerintah dan pengusaha/pemilik kapital). Bapak-bapak sekalian, saya ini bukanlah tipe orang yang mudah percaya atas segala bentuk penyebaran informasi, apalagi ini era kemajuan teknologi informasi yang pesat di mana setiap hari setiap detik melalui berbagai bentuk media, terutama jejaring sosial, ada 'serbuan' bermacam-macam informasi yang bisa kita konsumsi, dan dengan sirkulasi atau regulasi seperti itu, tingkat keakuratannya pun perlu dipertanyakan.

Saya mugkin mahasiswa yang baru menginjak semester 3, tapi saya cukup tahu dan punya kontrol diri bagaimana menghadapi gempuran informasi-informasi tersebut. Tapi Bapak-bapak sekalian, mengenai informasi bahwa 'pasar-pasar tradisional di Makassar memang sengaja dibakar oleh penguasa' saya rasa masuk akal. Pasalnya para pedagang tersebut banyak yang bertahan tidak mau direlokasi atau digusur yang menurut saya itu sangat wajar karena menyangkut penghidupan mereka sehingga jalan pintasnya adalah dibakar saja supaya meraka tidak bisa ngapa-ngapain lagi. Selain itu, kedua pasar tersebut terbakar dalam waktu yang berdekatan, ditambah kabar Pasar Terong yang baru saya dengar ini. Dan 'spekulasi' mengenai adanya kepentingan segelintir pemegang kuasa yang tega melihat kehancuran rakyat kecil, itu juga sangat masuk akal. Pak Gubernur, Pak Walikota, dan warga Makassar sekalian, saya ingin mengingatkan bahwa sebelumnya pada tahun 2008, Pasar Terong juga pernah terbakar pada malam hari setelah pagi dan siang harinya ada demo oleh para pedagang karena lapak-lapak mereka akan digusur. Bapak Gubernur dan Bapak Walikota, saya tidak akan berkata seperti ini jika tidak ada dasarnya. Dan jika ini benar karena demi kepentingan politis-ekonomis kalian para penguasa, saya tegaskan sekali lagi: Tidak ingatkah janji Bapak-bapak sekalian sewaktu kampanye? Siapa yang memilih Bapak sehingga Bapak bisa duduk di bangku kekuasaannya seperti sekarang ini kalau bukan rakyat Makassar dan Sulawesi Selatan sendiri? TOLONG JANGAN EGOIS!

Bapak-bapak sekalian, jika memang ada rencana untuk membakar Pasar Terong, saya mohon, Pak, hentikan niat keji itu. Tidakkah Bapak-bapak sekalian ini memikirkan nasib para pedagang, termasuk orang tua saya yang punya lapak jualan di pasar itu? Bapak Gubernur dan Bapak Walikota, mungkin orang tua saya tidak terlalu ada masalah jika memang nantinya Pasar Terong dibakar karena mereka punya usaha di tempat lain, tapi tolong Pak, sekali lagi tolong, pikirkan juga yang lainnnya, yang memang cuma punya satu-satunya sumber mata pencaharian dengan berdagang di Pasar Terong, yang nantinya jika terbakar tidak tahu mau jualan di mana, mau dapat modal dari mana untuk memulai usaha baru di tempat lain. Tolong Bapak-bapak, jadilah pemimpim yang betul-betul mengayomi rakyat. Ingat janji kalian! Jika Bapak Gubernur dan Bapak Walikota mengingkari janji, jangankan menghina dan mengkhianati rakyat, diri sendiri Anda sekalian pun Anda hina dan khianati sendiri, Pak! Tolong jangan egois, pikirkan rakyatmu.

Bapak-bapak sekalian, sewaktu saya meng-update status di akun twitter saya mengatakan bahwa saya kaget mendengar kabar Pasar Terong mau dibakar, ada seorang teman yang merespon bahwa hal itu 'sudah biasa' di Makassar. Saya mau bilang, ini tidak biasa sama sekali, dan jika ada sesuatu yang tidak baik, tidak adil terjadi, lalu dibiarkan begitu saja apalagi dianggap sudah 'biasa', betapa tidak berdayanya kita. Sikap seperti ini juga mencerminkan bahwa kita secara tidak langsung sudah tidak ada kepedulian terhadap sesama. Bapak-bapak sekalian, saya tegaskan lagi: INI TIDAK BIASA DAN TIDAK BISA DIBIASAKAN!

Bapak Gubernur, Bapak Walikota, dan segenap warga Makassar tercinta, tanpa bermaksud sok memberitahu karena saya yakin sudah banyak yang tahu bahwa Walikota Solo berhasil memindahkan sebuah pasar tradisional di Solo tanpa mengorbankan para pedagangnya, tanpa ada yang dirugikan. Nah, melihat contoh ini, apakah kita masih berani bilang bahwa penggusuran pasar tradisional dengan cara membumi hanguskannya adalah sesuatu yang 'biasa'? Tidak bisakah pemimpin kita di Sulawesi Selatan dan Makassar mengambil conoth dari pemerintah Solo?

Bapak Gubernur dan Bapak Walikota, saya memang adalah mahasiswa bau kencur yang tidak tahu menahu tentang dunia ekonomi dan politik, tapi setidaknya saya adalah mahasiswa yang sudah beberapa tahun ini semenjak masih SMA kerja di media (meskipun bukan media mainstream), sehingga saya tahu internet adalah media yang bisa cepat menyebarkan informasi serta menjangkau siapa saja di mana saja. Untuk itulah saya menulis surat ini, lalu saya sebarkan di akun facebook saya, twitter saya, dab blog saya, agar semua orang, khususnya segenap warga Makassar membaca ini, termasuk Bapak Gubernur dan Bapak Walikota dan segenap jajarannya di pemerintahan. Saya mohon Pak, baca dan pertimbangkan baik-baik isi surat saya ini. Pikirkan rakyatmu, bela rakyatmu, sejahterakan mereka sebagaimana janjimu semua waktu kampanye. Ingat rakyatmu, ingat janjinu, selalu! Maaf jika ada kata-kata yang kurang berkenan, Pak.

Hormat saya,


Fikri Yathir

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Ruang Tamu